Sunday, February 5, 2017

Khutbah Jumat Memilih Pemimpin Yang Amanah



Memilih Pemimpin Yang Amanah

انَّ الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَ مِنْ سَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَنَبِيَّ بَعْدَهُ
اَللهُمّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْن،
فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ، اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِىْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.
قَالَ اللهُ تَعَالَى  اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْم  بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
 يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

Ma’asyiral Muslimin, jamaah jum’at yang dirahmati Allah
Puji syukur kita haturkan ke hadhirat Allah, atas limpahan rahmat dan hidayahnya, sehingga kita dimudahkan untuk berkumpul melaksanakan ibadah jumat di kesempatan ini. Semoga apa yang kita lakukan diterima oleh Allah sebagai amal soleh.
Kita juga bersyukur kepada Allah, karena kasih sayang-Nya, kita dikumpulkan dalam barisan orang-orang yang beriman. Dan kita berharap, semoga di hari kiamat kelak, kita juga dibangkitkan bersama orang-orang yang beriman.
Kaum muslimin, jamaah jumat yang kami muliakan,
Salah satu topik yang sedang hangat-hangatnya dan banyak dibicarakan masyarakat saat ini adalah siapakah yang akan menjadi pemimpin kita selama lima tahun mendatang. Siapakah nantinya yang akan menjadi Gubernur/Bupati di,,,,,,,,,,,,,,,,,,,yang kita cintai ini..
Sebagai orang yang beriman, tentu kita berharap, Orang yang memimpin kita adalah manusia yang baik, menjaga amanah, adil terhadap rakyatnya, dan berpihak kepada kaum muslimin.
Hadirin Jamaah Jumat Rahimakumullah
Berbicara masalah memilih pemimpin dan kepemimpinan, ajaran Islam sangat detil ketika membincangkan tentang pemilihan pemimpin, karena hal tersebut memiliki dampak yang luas, tidak hanya pada individu, namun juga pada masyarakat dan lingkungan yang akan dipimpinnya kelak.
Berbagai persyarat pun digariskan oleh Islam terkait calon pemimpin yang dianggap layak untuk memimpin komunitas, organisasi, daerah, hingga negara, antara lain adalah shiddiq (benar), amanah (terpercaya), tabligh (menyampaikan kepada umat), dan fathanah (cerdas).
Keempat syarat kepemimpinan tersebut sesungguhnya mengacu pada karakter kepemimpinan Rasulullah saw yang terbukti mampu menciptakan masyarakat yang adil, makmur, dan penuh dengan barakah serta keridhaan Allah swt. Dalam khutbah ini, kita hanya akan fokus membincangkan tentang  “Amanah”.
Hadirin Jamaah Jum’at Rahimakumullah
Amanah, ditinjau dari aspek yang lebih sempit, diartikan sebagai memelihara titipan yang akan dikembalikan dalam bentuknya seperti sediakala. Dalam aspek yang lebih luas, amanah mempunyai cakupan seperti memelihara amanah orang lain, menjaga kehormatan orang lain, atau menjaga kehormatan diri sendiri.
Kemudian dalam konteks bernegara, amanah yang dibebankan kepada para pemegang amanah (kepala negara atau kepala daerah) harus dipikul dengan sebaik-baiknya karena memiliki dua pertanggungjawaban yaitu vertikal (hablumminallah) dan horizontal (hablumminannas) sekaligus. Setiap pemimpin, baik di lingkup pemerintahan pusat maupun daerah, dengan demikian wajib menegakkan amanah jabatannya. Dan contoh teladan yang patut menjadi ukuran umat Islam dalam memilih pemimpin adalah mengacu pada kepribadian dan teladan yang melekat pada diri Rasulullah saw. Sebab Rasulullahlah satu-satunya teladan sempurna bagi umat Islam, sebagaimana firman Allah swt dalam surah al-Ahzab ayat 21:
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat serta dia banyak menyebut Allah”.
Hadirin Jamaah Jum’at Rahimakumullah
Rasulullah pantaslah menjadi sosok panutan bagi para pemimpin dan calon pemimpin karena sifatnya yang amanah tersebut. Meskipun susah untuk mengikuti jejak keteladanan Nabi  secara menyeluruh, paling tidak kita bisa mendekati apa yang pernah Nabi Muhammad lakukan dalam menegakkan amanah sebagai pemimpin agama dan pemimpin negara ketika itu.
Terkait kewajiban memilih pemimpin yang amanah, Allah swt berfirman dalam Qu’an Surat an-Nisaa, ayat 58:
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat”.
Ayat tersebut di atas dengan jelas menegaskan pentingnya memilih pemimpin yang amanat. Dan salah satu wujud dari pemimpin amanat adalah ketika menetapkan hukum di antara manusia, dia harus mampu bersikap adil dan tidak diskriminatif.
Kemudian, seorang pemimpin yang amanah, juga harus terbebas dari perilaku korupsi; sekecil apapun bentuknya. Baik dalam hal materi maupun kewenanangan. Terkait ini, Rasulullah saw bersabda yang artinya:
"Barang siapa yang kami angkat menjadi karyawan untuk mengerjakan sesuatu dan kami beri upah yang semestinya, maka sesuatu yang diambilnya sesudah itu (selain upah) namanya korupsi." (HR Abu Dawud).
Dengan demikian, amanah menjalankan tugas dan fungsi jabatannya, yang dalam standar paling dekat haruslah adil dalam penegakan hukum dan tidak korupsi di tengah-tengah kekuasaannya. Itulah yang menjadi ukuran dasar bagi seorang pemimpin yang digariskan Islam.
Hadirin Jamaah Jum’at Rahimakumullah
Dari sejumlah dalil yang disampaikan di atas, nampak jelas bahwa kriteria amanah merupakan satu hal yang mutlak dimiliki oleh seorang calon pemimpin, sehingga mampu diandalkan dalam membawa perubahan yang baik bagi kehidupan masyarakat. Rasulullah saw setidaknya telah memberikan contoh criteria terbaik bagi calon seorang pemimpin yang amanah antara lain :
Pertama, ia tidak terlalu berambisi merengkuh jabatan itu, apalagi sampai menghalalkan segala cara. Dalam sebuah Hadis sahih dari Abu Musa al-Asy'ari, Rasulullah r bersabda:
''Demi Allah, aku tidak akan menyerahkan suatu jabatan kepada orang yang memintanya atau berambisi mendapatkannya.'' (HR Muslim).
Memberikan amanah (hak pilih) kepada yang meminta saja tidak boleh, apalagi ketika seseorang sampai menghalalkan segala cara untuk memperoleh suatu jabatan. Bisa dipastikan, sosok pemimpin seperti ini akan sulit berlaku amanah. Alih-alih diharapkan berkorban untuk kesejahteraan rakyat, ia justru akan sibuk mengembalikan modal yang pernah dikeluarkannya, memperkaya diri, dan mencari kehormatan lewat jabatan yang diemban.
Kriteria Kedua yang diajarkan Rasulullah saw dalam memotret pemimpin dan calon pemimpin adalah, ia taat beribadah dan memiliki relasi sosial yang baik. Ketika Umar bin Khattab ra mengangkat Nafi' bin al-Harits sebagai gubernur Makkah, Nafi' memilih Ibnu Abza untuk mengepalai masyarakat yang tinggal di daerah lembah dekat Makkah, padahal semua tahu Ibnu Abza hanyalah bekas budak di komunitas tersebut.
Saat Umar bin Khattab t mengonfirmasi hal itu, Nafi' menjawab, ''Ia memang bekas budak, tetapi ia hafal Al-Quran, paham masalah hukum faraidl (waris), dan sering memutuskan persoalan masyarakat dengan adil.'' (HR Ahmad). Maka, Umar pun memuji pilihan Nafi' karena melihat kemampuan  Ibnu Abza.
Ketiga, ia adalah pribadi yang sederhana dalam kesehariannya. Sebab, hanya pejabat dengan gaya hidup yang sederhanalah yang bisa imun (tahan) dari godaan kemewahan dunia. Sebaliknya, gaya hidup mewah sangat potensial menjerumuskan seorang pejabat untuk melakukan korupsi walaupun telah dimanjakan dengan gaji yang lebih dari cukup. Padahal, Rasulullah saw telah menegaskan bahwa pejabat yang curang dan korup tidak akan pernah mencium wangi surga.
Hadirin Jamaah Jum’at Rahimakumullah
Dari tiga kriteria dasar tersebut di atas, setidaknya telah memberi gambaran bagaimana sosok pemimpin dan calon pemimpin yang sebenarnya perlu diberikan amanah kepadanya. Pemimpin yang beriman dan paham akan arti sebuah kepemimpinan yang amanah, akan sangat ketakutan untuk tidak bertindak amanah pada setiap kebijakan yang ia kerjakan. Dan bagi manusia beriman, kepemimpinan merupakan amanah dari Allah swt. Apapun bentuk yang ia pimpin. Apakah itu pemimpin rumah tangga, pemerintahan, perusahaan atau memimpin dalam komunitas kecil sekalipun, amanah haruslah menjadi dasar dalam menjalankan roda kepemimpinan.
Pemimpin yang amanah, setidaknya akan selalu meresapi apa yang menjadi pesan Allah swt, sebagaimana di firmankan dalam al-Qur’an surat Al-Hasyr,18.
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.
Hadirin Jamaah Jum’at Rahimakumullah
Deikian khutbah yang bias saya sampaiakn semoga ada hikmahnya untuk kita semua dan di iringi dengan ridho alloh swt, mudah-mudahan segala perbedaan di antara kita tentang calon pemimpin yang akan kita pilih nanti tidak menimbulkan perpecahan satu sama lainya serta marilah kita berdoa semoga pemimpin yang akan memimpin cilacap akan menjadi pemimpin yang amanah seperti yang telah di contohkan oleh nabi Muhammad saw. Aamiin yarobbalalamiin.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فيِ القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنيِ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ وَتَقَبَّلْ مِنيِّ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ.
أَقُوْلُ قَوْليِ هذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ ليِ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah Dua

اَلْحَمْدُ لله حَمْدًا كَثِيْرًا كَمَا اَمَرَ. اَشْهَدُ اَنْ لَا اِلَهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ اِرْغَامًا لِمَنْ جَحَدَ وَكَفَرَ. وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَحَبِيْبُهُ وَخَلِيْلُهُ سَيِّدُ الْإِنْسِ وَالْبَشَرِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا.
اَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ الله اتّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
فَقَالَ الله ُتَعَالَى فِي كِتَابِهِ الكَرِيْمِ:أعوذ بالله من الشيطان الرجيم بسم الله الرحمن الرحيم
إنَّ اللهَ وملائكتَهُ يصلُّونَ على النبِيِّ يَا أيُّهَا الذينَ ءامَنوا صَلُّوا عليهِ وسَلّموا تَسْليمًا
اللّـهُمَّ صَلّ على سيّدِنا محمَّدٍ وعلى ءالِ سيّدِنا محمَّدٍ كمَا صلّيتَ على سيّدِنا إبراهيمَ وعلى ءالِ سيّدِنا إبراهيم وبارِكْ على سيّدِنا محمَّدٍ وعلى ءالِ سيّدِنا محمَّدٍ كمَا بارَكْتَ على سيّدِنا إبراهيمَ وعلى ءالِ سيّدِنا إبراهيمَ إنّكَ حميدٌ مجيدٌ.

 اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ و الْمُسْلِمَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَ الْأَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَ قَاضِيَ الْحَاجَاتِ.
اَللَّهُمَّ سَلِّمْنَا وَسَلِّمْ دِيْنَنَا وَسَلِّمْ اِيْمَانَنَا وَسَلِّمْ قُلُوْبَنَا وَسَلِّمْ عُلُوْمَنَا وَسَلِّمْ جَمِيْعَ مَا اَعْطَيْتَنَا بِرَحْمَتِكَ يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللَّهُمَّ اهْدِنَاالصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْم، صِرَاطَ الْآنْبِيآءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ.
 رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ اِذْهَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً اِنَّكَ اَنْتَ الْوَهَّابُ.
رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَالله! اِنَّ الله يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَاِيْتَاءِ ذِى الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْىِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَّكَّرُوْنَ فَاذْكُرُوْاالله الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُاللهِ اَكْبَرُوَاللهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ .