Tuesday, November 5, 2013

KHUTBAH JUMAT BULAN MUHARAM


Sidang Jum’at yang berbahagia 

Perputaran waktu terus bergulir seiring dengan perputaran matahari. Dari hari ke hari, minggu ke minggu dan bulan ke bulan, tanpa terasa kita sampai pada suatu putaran bulan Muharam yang merupakan permulaan dari putaran bulan dalam kalender hijriyah, pada hari ini Jumat kita telah memasuki tanggal 3 di bulan muharam tahun 1435 H. Banyak dari saudara kita yang menjadikan bulan Muharram ini sebagai momentum untuk meningkatkan ibadah kepada Alloh SWT, sehingga memperingatinya merupakan suatu hal yang menjadi keharusan, tetapi terkadang sampai keluar dari syari’at Islam. Padahah Rasul Shalallaahu alaihi wasalam dan para sahabatnya serta ulama pendahulu umat tidak pernah melakukan hal tersebut. Lalu apa yang seharusnya kita lakukan?
Mestinya kita banyak bertafakur untuk bermuhasabah atas bertambahnya umur ini, karena sesungguhnya dengan bertambah-nya umur berarti hakekatnya berkurang kesempatan untuk hidup di dunia ini. Allah menciptakan kita hidup di muka bumi ini bukan untuk sia-sia. Tanpa tujuan yang jelas. Sebagaimana kita tahu bersama bahwa Allah menciptakan makhluk bernama manusia tiada lain hanya untuk beribadah kepadaNya. Allah berfirman di dalam surat Adz-Dzariyat ayat 56 sebagai berikut:
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahKu (beribadah kepadaKu).”

Sidang Jum’at yang berbahagia
Hidup di dunia ini sementara bukan kehidupan yang abadi atau kekal, dan dunia ini hanya merupakan persinggahan, yang tujuannya adalah kehidupan yang kekal abadi yaitu kehidupan akhirat. Berkenaan dengan ini Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman:
“Sedangkan kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal”. (Al-A’la: 17).
Ayat ini menunjukkan bahwa kehidupan dunia dengan segala gemerlapan dan keindahannya tidak berarti apa-apa jika dibandingkan dengan kebaikan dan kekekalan kehidupan akhirat yang kekal abadi.
Maka seorang yang beriman kepada Allah, dia harus lebih memanfaatkan kehidupan dunia ini dengan sebaik-baiknya untuk mempersiapkan kehidupan yang abadi tersebut. Dan menjadikan dunia ini sebagai sarana menuju kehidupan akhirat yang lebih baik. Allah Subhannahu wa Ta'ala berfirman dalam surat Al-Hasyr:  
“Hai orang-orang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akherat) dan bertaqwalah kepada Allah sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (Al-Hasyr: 18).
Sidang Jum’at yang berbahagia

Lalu bekal apa yang akan kita bawa menuju kehidupan yang penuh dengan kebaikan tersebut? 
Dengan hartakah? Pangkatkah yang kita banggakan? Ternyata bukan itu semua, sebab Allah Maha Kaya, Maha Berkuasa dan Maha Suci tidak memandang yang lain dari hambaNya kecuali taqwa hambaNya. Sebagaimana Allah ingatkan dalam firmanNya:
“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa di antara kamu”.  

Jelas bagi kita bahwa bekal yang harus kita persiapkan tiada lain hanyalah taqwa, karena taqwa adalah sebaik-baik bekal dan persiapan. Allah berfirman dan mengingatkan kita semua dalam surat Al-Baqarah: “Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa dan bertaqwalah kepadaKu hai orang-orang yang berakal”. (QS. Al. Baqarah: 197)


Takwa dalam Al-Qur’an mencakup tiga makna yaitu: 
Pertama : Takut kepada Allah dan pengakuan superioritas Allah. 
Hal itu seperti firmanNya: “Dan hanya kepadaKulah kamu harus bertakwa.” (Al-Baqarah: 41).
Kedua: Bermakna taat dan beribadah, 
sebagaimana firmanNya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa”. (Ali Imran: 102).
Ketiga, dengan makna pembersihan hati dari noda dan dosa. Maka inilah hakikat takwa dari makna takwa, selain pertama dan kedua. Allah berfirman yang artinya: “Barangsiapa yang mentaati Allah dan rasulNya dan takut kepada Allah dan bertakwa kepadaNya maka mereka itulah orang yang beruntung”. (An-Nur: 52). 

Sidang Jum’at yang berbahagia



Demikianlah kita sebagai hamba Allah, sudah semestinya dalam menghadapi bulan Muharam ini dengan bertafakkur dan meningkatkan keimana dan ketaqwaan kita kepada Alloh SWT, serta sudah sejauh mana persiapan kita menghadapi kehidupan yang abadi tersebut (Akhirat). Yang terkadang kita begitu bersemangat dan penuh antusias menggapai kehidupan yang fana ini. Mudah-mudahan khutbah yang singkat ini dapat bermanfaat bagi kita semua, dan marilah kita berdoa kepada Alloh mudah-mudahan ditahun baru ini kita semua selalu mendapatakn hidayah dan pertolongan, serta bisa meningkatakan kualitas ibadah kita dibandingkan tahun sebelumnya. Amiin yarobalalamin.


بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَلَّ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.


Khutbah Kedua

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. قَالَ تَعَالَى: {وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا} وَقَالَ: {وَمَن يَتَّقِ اللهَ يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّئَاتِهِ وَيُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا}
ثُمَّ اعْلَمُوْا فَإِنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِالصَّلاَةِ وَالسَّلاَمِ عَلَى رَسُوْلِهِ فَقَالَ: {إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا}.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ. اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
وَصَلَّى اللهُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ. وَأَقِمِ الصَّلاَةَ.

Saturday, November 2, 2013

KHUTBAH JUMAT CIRI-CIRI ORANG TAQWA

 



اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِى وَفَّقَنَا لأَدَاءِ اَفْضَلِ الْعِبَادَاتِ وَاَوْقَفَنَا عَلَى كَيْفِيَةِ اكْتِسَابِ اَكْمَلِ السَّعَادَاتِ. اَشْهَدُ اَنْ لاَاِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ رَبُّ اْلأَرْضِيْنَ وَالسَّمَاوَاتِ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ اَلْمُؤَيَّدُ بِأَفْضَلِ اْلآيَاتِ وَالْمُعْجِزَاتِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آَلِهِ وَاَصْحَابِهِ بِحَسَبِ تَعَاقُبِ اْلأَوْقَاتِ وَالسَّاعَاتِ.( اَمَّا بَعْدُ )
فَيَا اَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ. اِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ عَلَى مَمَرِّ الدُّهُوْرِ وَاْلأَوْقَاتِ
Hadirin sidang jum’at rohimakumulloh.

Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Alloh SWT yang telah melimpahkan rahmat_Nya kepada kita semua sehingga pada siang hari ini kita masih di berikan kesehatan jasmani dan rohani sehingga bisa melaksanakan kewajiban kita yaitu shalat Jum’at.
Shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada nabi kita Muhammad SAW.

Hadirin sidang jum’at rohimakumulloh.

Dalam ayat tadi yang telah saya bacakan Alloh SWT berfirman dalam (QS. Al-Hujurat: 13) yang artinya :

“Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.”
Islam dengan ajarannya yang indah mengajarkan bahwa perbedaan hakiki manusia tidak berada pada kedudukan, jabatan, pangkat, kekayaan dan lainnya. Manusia dibedakan dengan kadar dan bobot nilai mereka di mata Allah. Perbedaan antar manusia di dalam Islam terletak pada sejauh mana manusia mampu mengoptimalkan kadar ruhaninya untuk mendekat pada Tuhannya. Perbedaan manusia dan kemuliaan manusia ditentukan oleh nilai dan kadar taqwanya yang bergolak dalam dadanya.
Taqwa adalah kumpulan semua kebaikan yang hakikatnya merupakan tindakan seseorang untuk melindungi dirinya dari hukuman Allah dengan ketundukan total kepada-Nya. Asal-usul taqwa adalah menjaga dari kemusyrikan, dosa dan kejahatan dan hal-hal yang meragukan (syubhat).
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surat Ali Imran ayat 102 :
Artinya : “Bertaqwalah kamu sekalian dengan sebenar-benarnya taqwa dan janganlah kamu sekali-kali mati kecuali dalam keadaan muslim”.
Ayat diatas mengandung maksud bahwa Allah harus dipatuhi dan tidak ditentang, diingat dan tidak dilupakan, disyukuri dan tidak dikufuri.

Hadirin sidang jum’at rohimakumulloh.

Taqwa merupakan  bentuk peribadatan kepada Allah seakan-akan kita melihat-Nya dan jika kita tidak melihat-Nya maka ketahuilah bahwa Alloh SWT melihat kita. Taqwa adalah tidak terus menerus melakukan maksiat dan hal yang di larang oleh Alloh SWT. Menurut Sayyid Quth dalam tafsirnya—Fi Zhilal al-Qur`an—taqwa adalah kepekaan hati, kehalusan perasaan, rasa khawatir yang terus menerus dan hati-hati terhadap semua duri kehidupan.

Demikian banyak ayat-ayat  Al-Qur`an yang menyerukan kita untuk bertaqwa dalam bingkai taqwa yang sebenarnya, dalam kadar taqwa yang semestinya, dalam bobot taqwa yang mampu kita lakukan.
Alloh SWT berfirman dalam Al-Qur’an (QS. Al-Ahzab : 70
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan Katakanlah perkataan yang benar”

Dalam surat yang lain Alloh SWT berfirman (QS At-Taubah 119).
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar.”
Selain itu juga dalam hadits sangat banyak seruan agar taqwa menjadi penghias perilaku kita dan menjadi mutiara batin kita. Seperti sabda Rasulullah SAW :
Bertaqwalah kamu kepada Allah, dimanapun kamu berada, dan ikutilah keburukan itu dengan kebaikan, niscaya kebaikan itu akan menghapus keburukan itu. Dan bergaullah dengan manusia dengan akhlak yang baik” (HR. Tirmidzi, Ahmad dan Ad-Darimi).

Dari beberapa ayat di atas dapat disimpuklakn bahwa seseorang akan disebut bertaqwa jika memiliki beberapa ciri, diantaranya :
1.        Dia seorang yang melakukan rukun Iman dan Islam.
2.        Menepati janji, jujur kepada Allah, dirinya dan manusia dan menjaga amanah.
3.        Dia mencintai saudaranya sebagaimana mencintai dirinya sendiri.
4.        Tidak pernah menyakiti dan tidak zhalim pada sesama.
5.        Bertaubat dan selalu beristighfar kepada Allah SWT.
6.        Sabar dalam kesempitan dan penderitaan.
7.        Tidak peduli pada celaan orang-orang yang suka mencelanya.
8.        Menjauhi syubhat, dan mampu meredam hawa nafsu
Itulah diantara ciri-ciri orang  yang bertaqwa kepada Alloh SWT.

Hadirin sidang jum’at rohimakumulloh.
Mudah – mudahan kita tergolong orang –orang yang selalu di berikan hidayah dan petunjuk oleh Alloh SWT dan termasuk golongan orang-orang yang bertaqwa. Amin yarobal alamin.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ بِاْالآيَاتِ وَالذِّّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّى وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ وَقُلْ رَبِّّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَاَنْتَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Contoh Khutbah jumat ke dua


الْحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ، وَالعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنَ، وَلاَ عُدْوَانَ إِلاَّ عَلَى الظَّالِمِيْنَ، وَنَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَلِيُّ الصَّالِحِيْنَ، وَنَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ إِمَامُ الأَنبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، وَأَفْضَلُ خَلْقِ اللهِ أَجْمَعِيْنَ، صَلَوَاتُ اللهِ وَسَلاَمُهُ عَلَيْهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَالتَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.   أَمَّا بَعْدُ : فَيَا عِبَادَ اللهِ   اتَّقوا اللهَ  وأَصلِحوا أَمْرَ دِينِكم ومعَاشِكم، وتَفكَّروا فِي مَصِيرِكم ومَآلِكم.   هَذَا وَصَلُّوْا وَسَلِّمُوْا عَلَى إِمَامِ الْمُرْسَلِيْنَ، وَقَائِدِ الْغُرِّ الْمُحَجَّلِيْنَ، فَقَدْ أَمَرَكُمُ اللهُ تَعَالَى بِالصَّلاَةِ وَالسَّلاَمِ عَلَيْهِ فِي مُحْكَمِ كِتَابِهِ حَيْثُ قَالَ عَزَّ قَائِلاً عَلِيْماً: إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.  اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنا إِبْرَاهِيْمَ، وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنا إِبْرَاهِيْمَ، فِي العَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنْ خُلَفَائِهِ الرَّاشِدِيْنَ، وَعَنْ أَزْوَاجِهِ أُمَّهَاتِ المُؤْمِنِيْنَ، وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ، وَعَنْ المُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَعَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اللَّهُمَّ اجْعَلْ جَمْعَنَا هَذَا جَمْعاً مَرْحُوْماً، وَاجْعَلْ تَفَرُّقَنَا مِنْ بَعْدِهِ تَفَرُّقاً مَعْصُوْماً، وَلا تَدَعْ فِيْنَا وَلا مَعَنَا شَقِيًّا وَلا مَحْرُوْماً.اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالعَفَافَ وَالغِنَى.  اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ أَنْ تَرْزُقَ كُلاًّ مِنَّا لِسَاناً صَادِقاً ذَاكِراً، وَقَلْباً خَاشِعاً مُنِيْباً، وَعَمَلاً صَالِحاً زَاكِياً، وَعِلْماً نَافِعاً رَافِعاً، وَإِيْمَاناً رَاسِخاً ثَابِتاً، وَيَقِيْناً صَادِقاً خَالِصاً، وَرِزْقاً حَلاَلاً طَيِّباً وَاسِعاً، يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ.    اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَوَحِّدِ اللَّهُمَّ صُفُوْفَهُمْ، وَأَجمع كلمتهم عَلَى الحق، وَاكْسِرْ شَوْكَةَ الظالمين، وَاكْتُبِ السَّلاَمَ وَالأَمْنَ لِعَبادك أجمعين. اللَّهُمَّ رَبَّنَا احْفَظْ أَوْطَانَنَا وَأَعِزَّ سُلْطَانَنَا وَأَيِّدْهُ بِالْحَقِّ وَأَيِّدْ بِهِ الْحَقَّ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ. اللَّهُمَّ رَبَّنَا اسْقِنَا مِنْ فَيْضِكَ الْمِدْرَارِ، وَاجْعَلْنَا مِنَ الذَّاكِرِيْنَ لَكَ في اللَيْلِ وَالنَّهَارِ، الْمُسْتَغْفِرِيْنَ لَكَ بِالْعَشِيِّ وَالأَسْحَار.ِ اللَّهُمَّ أَنْزِلْ عَلَيْنَا مِنْ بَرَكَاتِ السَّمَاء وَأَخْرِجْ لَنَا مِنْ خَيْرَاتِ الأَرْضِ، وَبَارِكْ لَنَا في ثِمَارِنَا وَزُرُوْعِنَا وكُلِّ أَرزَاقِنَا يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ.   رَبَّنَا آتِنَا في الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.   رَبَّنَا لا تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا، وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً، إِنَّكَ أَنْتَ الوَهَّابُ.    رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الخَاسِرِيْنَ.   اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدُّعَاءِ 


عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ

KHUTBAH JUMAT MENELADANI ROSSULULLOH SAW



Khutbah I
إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَصَلَّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا
Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,

Segala puji bagi Allah yang senantiasa melimpahkan karunianya kepada kita, sehingga pada hari ini kita masih bias melaksanakan kewajiban kita yaitu shalat jumat secara berjamaah.
Shalawat dan salam semoga tercurahlimpahkan kepada junjungan alam kita semua yakni nabi besar Muhammad SAW,
Selanjutnya khotib berwasiat kepada diri khotib pribadi umumnya kepada semua jamaah marilah kita selalu meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Alloh SWT, dengan sebenar-benarnya taqwa.
Hari ini kita telah memasuki tanggal 13 Rabiul Awal Berdasarkan hadits shahih, Rasulullah lahir pada hari Senin lahir pada tanggal 12 Rabiul Awal.
Kelahiran Rasulullah SAW adalah rahmat yang sangat besar. Beliau, setelah diutus menjadi Nabi empat puluh tahun setelah kelahirannya, dipuji oleh Allah SWT dalam firman-Nya yang menjelaskan karakter sang Nabi terakhir ini:
Sungguh telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasih lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin (QS. At-Taubat : 128)

Dalam menjelaskan ayat ini, Sayyid Qutb dalam Tafsir Fi Zhilalil Qur'an mengatakan, "Allah tidak mengatakan 'rasul dari kalian' tetapi mengatakan 'dari kaummu sendiri'. Ungkapan ini lebih sensitif, lebih dalam hubungannya dan lebih menunjukkan ikatan yang mengaitkan mereka. Karena beliau adalah bagian dari diri mereka, yang bersambung dengan mereka dengan hubungan jiwa dengan jiwa, sehingga hubungan ini lebih dalam dan lebih sensitif."
Sedangkan Ibnu Katsir dalam Tafsir Qur'anil Adzim berkata, "Allah SWT menyebutkan limpahan nikmat yang telah diberikan-Nya kepada orang-orangy mukmin melalui seorang rasul yang diutus oleh-Nya dari kalangan mereka sendiri, yakni dari bangsa mereka dan sebahasa dengan mereka."

Rasulullah merasakan beratnya penderitaan dan kesulitan umatnya, bahkan lebih berat bagi Rasulullah daripada apa yang dirasakan oleh umatnya sendiri. Maka setiap saat yang diperjuangkan adalah umat, yang dibela adalah umat, yang dipikirkan menjelang wafat adalah umat. "Ummatii... ummatii...", kata Rasulullah yang selalu memikirkan umatnya menjelang wafatnya.
Rasulullah juga sangat menginginkan umatnya memperoleh hidayah serta kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat. Maka segala hal yang diperintahkan Allah untuk disampaikan kepada umatnya telah beliau sampaikan. Segala hal yang mendekatkan ke surga dan menjauhkan dari neraka beliau paparkan. Bahkan Rasulullah menyimpan doa terbaiknya untuk umatnya kelak di yaumul hisab agar umatnya beroleh syafaat. Itulah bentuk-bentuk kasih sayang Rasulullah kepada umatnya.

Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah
Lalu bagaimana sikap kita terhadap beliau yang demikian luar biasa kasih sayangnya kepada kita? Beliau yang namanya kita sebut dalam syahadat, kita bersaksi bahwa beliau adalah Rasulullah lalu kita membacanya setiap kali shalat.
Salah satu kewajiban kita terhadap beliau adalah meneladaninya. Menjadikannya sebagai teladan sepanjang zaman.
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS. Al-Ahzab: 21)
Ayat ini menjadi pedoman bagi kita bahwa manusia terbaik yang harus kita teladani adalah Rasulullah SAW. Teladan yang seharusnya kita contoh perilakunya, kita contoh kata-katanya, kita contoh ibadah dan akhlaknya.
Dalam ayat yang lain Allah SWT menegaskan bahwa kecintaan kepada Allah baru dikatakan benar jika seseorang meneladani Rasulullah dan mengikuti sunnahnya.
Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Ali Imran : 31)

Jamaah Jum’at yang dirahmati Allah,
Meneladani Rasulullah SAW itu artinya kita mengikuti sunnahnya dan tidak menyelisihinya. Kita mentaatinya dan tidak menentang ajarannya.
Rasulullah SAW bersabda :
Sungguh aku telah tinggalkan untuk kalian petunjuk yang terang, malamnya seperti siang. Tidak ada yang berpaling darinya setelahku melainkan ia akan binasa. Barangsiapa di antara kalian hidup, maka ia akan melihat banyaknya perselisihan. Maka kalian wajib berpegang teguh dengan apa yang kalian ketahui dari sunnahku, dan sunnah para Khulafaur Rasyidin yang mendapat petunjuk, gigitlah sunnah-sunnah itu dengan gigi geraham. (HR. Ibnu Majah dan Ahmad)
Mereka yang bersegera untuk mengikuti petunjuk Nabi yang diketahui melalui hadits-haditsnya akan dijanjikan surga. Sementara mereka yang enggan mengikuti sunnah Nabi, enggan mengikuti hadits Rasulullah dan lebih suka menyelisihinya akan menyesal di akhirat nanti sebab ia menolak surga dan terseret ke neraka. Rasulullah SAW bersabda:
 “Setiap umatku masuk surga selain yang enggan,” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, lantas siapa yang enggan?” Nabi menjawab: “Siapa yang taat kepadaku (mengikuti aku) masuk surga dan siapa yang menyelisihi aku berarti ia enggan.” (HR. Bukhari)
Semoga kita tergolong umat Muhammad yang berusaha mempelajari sunnahnya, lalu mengikuti dan mengamalkannya. Semoga kita tidak tergolong orang-orang yang menyelisihi dan hadits-hadits Nabi, baik dalam hal aqidah, ibadah maupun akhlak dan muamalah.

َارَكَ اللهُ لِي وَلَكُم فِى القُرأنِ الكَرِيمِ ، وَنَفَعَنِيْ بِمَافِيهِ مِنَ الأياَتِ وَالذّكْرِ الحَكِيمِ ، أَقُولُ قَولِي هذَا
وَ أَسْتَغفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسلِمِينَ مِن كُلِّ ذَنبٍ فَاستَغفِرُوهُ إِنَّه هُوَ الغَفُورُ الرَّحِيمُ

Khutbah II

الْحَمْدُ للهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ، وَالعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِيْنَ، وَلاَ عُدْوَانَ إِلاَّ عَلَى الظَّالِمِيْنَ، وَنَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَلِيُّ الصَّالِحِيْنَ، وَنَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ إِمَامُ الأَنبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، وَأَفْضَلُ خَلْقِ اللهِ أَجْمَعِيْنَ، صَلَوَاتُ اللهِ وَسَلاَمُهُ عَلَيْهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَالتَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ 
 أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ اْلمُتَّقُوْنَ
قَالَ اللّهُ تَعَالَى إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. أَللّهُمَّ  صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا وَ حَبِيبِنَا وَ شَفِيعِنَا وَ مَولاَنَا مُحَمَّدٍ وَ سَلِّم وَ رَضِيَ اللهُ تَبَارَكَ عَن كُلِّ الصَّحَابَةِ أَجمَعِينَ
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ. اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ

MENGOBATI PENYAKIT HATI




Hati itu ada tiga macam:

1. Hati yang Bersih, Sehat, dan Selamat (Qalbun Salim)

Tidak ada yang selamat pada hari Kiamat kelak kecuali orang yang datang dengan hati yang selamat lagi bersih. Allah Ta'ala berfirman:

يَوْمَ لَا يَنفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ. إِلَّا مَنْ أَتَى اللهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ.

“(Yaitu) hari yang tidak berguna lagi harta dan anak-anak laki-laki. kecuali orang-orang yang datang menghadap Allah dengan hati yang bersih." (QS. Asy-Syu’ara: 88-89)

Hati yang selamat atau bersih adalah hati yang terbebas dari setiap syahwat yang menyelisihi perintah dan larangan Allah, bersih dari setiap syubhat yang menentang berita dari-Nya, bersih dari setiap bentuk ibadah kepada selain- Nya, dan terbebas dari pengambilan hukum kepada selain Rasul-Nya. Intinya, hati yang bersih dan sehat adalah hati yang selamat dari segala bentuk perbuatan syirik kepada Allah dan hati yang mengikhlaskan semua ibadah hanya kepada Allah, baik dalam hal kehendak, cinta, tawakkal, taubat, kembali, takut, dan berharap, serta hati yang mengikhlaskan semua amalan hanya kepada Allah. Ia mencintai hanya karena Allah, membenci hanya karena Allah, dan memberi atau tidak memberi hanya karena Allah. Keinginan, cinta, tujuan, badan, amalan, tidur, dan jaganya hanya untuk Allah. Firman Allah dan pembicaraan tentang-Nya lebih ia sukai daripada semua ucapan. Pikirannya hanya tertuju pada hal-hal yang diridhai dan dicintai-Nya. Kita mohon kepada Allah agar diberi hati seperti ini.

2. Hati yang Mati (Qalbun Mayyit)

Ini adalah kebalikan dari jenis hati yang pertama. Ini adalah hati yang tidak mengenal Rabb-nya, tidak beribadah sesuai dengan perintah-Nya, tidak sesuai dengan yang diridhai dan dicintai-Nya. Ia adalah hati yang menuruti syahwat dan kesenangan dirinya meskipun menimbulkan amarah dan murka dari Rabb-nya. Ia adalah hati yang beribadah kepada selain Allah: dalam hal cinta, takut, berharap, ridha, marah, pengagungan, dan penghinaan. Ia membenci, mencintai, memberi, dan tidak memberi karena hawa nafsunya. Hawa nafsu adalah imamnya, syahwat adalah komandannya, kebodohan adalah sopirnya, dan kelalaian adalah kendaraannya. Kita berlindung kepada Allah dari hati seperti ini.

3. Hati yang Sakit (Qalbun Maridh)

Yaitu hati yang masih hidup, tetapi mengidap penyakit. Ia mempunyai unsur yang saling mempengaruhi, kadang hidup dan kadang mati, tergantung unsur mana yang lebih dominan. Di dalamnya ada kecintaan kepada Allah Ta'ala, iman, ikhlas, dan tawakkal kepada-Nya, yang menjadi unsur-unsur kehidupan di dalamnya. Akan tetapi, ia juga memiliki kecintaan terhadap syahwat dan keinginan untuk mewujudkannya, kedengkian, sombong, ujub, cinta kedudukan, berbuat kerusakan di muka bumi dengan kekuasaannya, kemunafikan, riya', bakhil dan kikir. Itu semua merupakan unsur-unsur yang menyebabkan kehancuran dan kebinasaan dirinya.Kita berlindung kepada Allah dari hati seperti ini.

Cara mengobati hati dari penyakit-penyakit tersebut telah disebutkan dalam al-Qur'an al-Karim.

Allah Ta’ala berfirman:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءتْكُم مَّوْعِظَةٌ مِّن رَّبِّكُمْ وَشِفَاء لِّمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ

"Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Rabb-mu, penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada, petunjuk, dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. " (QS. Yunus: 57)

وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاء وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ وَلاَ يَزِيدُ الظَّالِمِينَ إَلاَّ خَسَاراً

"Dan Kami turunkan dari al-Qur'an sesuatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman, dan al-Qur'an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang berbuat zhalim selain kerugian." (QS. Al-Isra’: 82)

A. Macam-Macam Penyakit Hati

Pertama, penyakit hati yang tidak dirasakan oleh pemiliknya secara langsung, yaitu penyakit kebodohan, syubhat, dan keraguan. Ini adalah penyakit yang paling berbahaya. Sayangnya, hati yang rusak tidak dapat merasakan penyakit ini.

Kedua, penyakit hati yang secara langsung dapat dirasakan, seperti rasa cemas, gelisah, sedih, dan marah. Penyakit-penyakit seperti ini kadang-kala dapat disembuhkan dengan obat-obatan alamiah yaitu dengan cara menghilangkan sebab-sebab timbulnya penyakit-penyakit tersebut atau dengan cara-cara lainnya.

B. Cara Mengobati Hati

Pertama, dengan al-Qur’an al Karim.

Al-Qur'an adalah obat yang dapat menyembuhkan hati dari penyakit keraguan, syirik, kekafiran, dan berbagai macam penyakit syubhat dan syahwat. Ia adalah petunjuk bagi orang yang mengetahui kebenaran dan mau mengamalkannya. Ia merupakan rahmat. Karena al-Qur'an-lah, orang-orang yang beriman dapat memperoleh pahala baik di dunia maupun di akhirat.

أَوَ مَن كَانَ مَيْتاً فَأَحْيَيْنَاهُ وَجَعَلْنَا لَهُ نُوراً يَمْشِي بِهِ فِي النَّاسِ كَمَن مَّثَلُهُ فِي الظُّلُمَاتِ لَيْسَ بِخَارِجٍ مِّنْهَا

"Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya vang terang yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar darinya? " (QS. al-An'am: 122)

Kedua, hati membutuhkan tiga hal berikut

1. Segala sesuatu yang dapat menjaga kekuatannya, yaitu keimanan, amal shalih, dan dzikir.

2. Pencegahan dari segala sesuatu yang membahayakan, yaitu menjauhi semua bentuk kemaksiatan dan segala bentuk penentangan.

3. Tindakan untuk mengeluarkan segala unsur yang menyebabkan penyakit, yaitu taubat dan istighfar.

Ketiga, mengobati penyakit hati karena pengaruh hawa nafsu.

Ada dua cara pengobatan, yaitu dengan muhasabah (introspeksi) dan mukhalafah (penentangan) terhadap nafsu tersebut. Muhasabah ada dua:

1. Sebelum melakukan amal ibadah, yaitu dengan melakukan empat hal berikut.

a. Apakah amal ibadah tersebut mampu ia lakukan?

b. Apakah amalan tersebut lebih baik ia lakukan atau lebih baik ia

b. tinggalkan?

c. Apakah amalan tersebut diniatkan ikhlas semata-mata untuk mencari wajah Allah?

d. Apakah jenis amalan tersebut butuh bantuan? Apakah ia mempunyai orang yang dapat membantu dan menolongnya jika amalan tersebut butuh bantuan? Jika jawabannya ya, silahkan dikerjakan dan jika tidak, maka jangan sekali-kali dikerjakan.

2. Sesudah melakukan amal ibadah, yaitu dengan melakukan tiga hal berikut.

a. Melihat kembali kekurangan pada ibadah yang ia lakukan yang belum sesuai dengan yang seharusnya sehingga menyebabkan hak-hak Allah dalam ibadah tersebut belum ditunaikan dengan sempurna. Di antara hak-hak Allah Ta'ala adalah ikhlas, nasehat, mutaba'ah (sesuai dengan tuntunan Rasulullah -pentj.), ihsan, pengakuan atas nikmat Allah dalam ibadah tersebut, dan pengakuan adanya kekurangan setelah melakukan semua itu.

b. Melihat kembali semua amalan yang ia lakukan yang sebenarnya amalan tersebut lebih baik tidak dilakukan.

c. Melihat kembali hal-hal yang mubah atau adat kebiasaan yang tidak ia kerjakan. Apakah ia meninggalkan hal tersebut karena Allah dan mencari akhirat sehingga ia menjadi orang yang beruntung? Atau ia melakukannya demi kepentingan dunia sehingga ia menjadi orang yang rugi?

Kesimpulan dari itu semua, hendaknya seseorang melakukan introspeksi diri Pertama-tama terhadap amalan-amalan yang wajib: jika masih ada kekurangan, hendaknya disempurna-kan. Setelah itu melihat amalan-amalan yang dilarang: jika dirinya melakukan salah satu larangan tersebut hendaknya segera melakukan taubat dan istighfar. Setelah itu baru melihat semua amalan yang dilakukan oleh anggota badannya, kemudian semua amalan yang tidak dilakukannya.

Keempat, mengobati penyakit hati akibat pengaruh setan.

Setan adalah musuh manusia. Cara menghindarkan diri dari setan adalah dengan isti'adzah (mohon perlindungan kepada Allah) dengan cara yang telah ditetapkan oleh Allah. Nabi صلي الله عليه وسلم telah menggabungkan permohonan perlindungan dari kejahatan diri dan kejahatan setan. Beliau 'alaihishshalatu wassalam berkata kepada Abu Bakar رضي الله عنه, "Ucapkan:

اَللَّهُمَّ فَاطِرَ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضِ عَالِـمَ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ ، رَبَّ كُلِّ شَيْءٍ وَمَلِيْكَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ أَنْتَ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ نَفْسِيْ، وَمِنْ شَرِّ الشَّيْطَانِ وَشِرْكِهِ، وَأَنْ أَقْتَرِفَ عَلَى نَفْسِيْ سُوْءًا أَوْ أَجُرُّهُ إِلَى مُسْلِمٍ

'Ya Allah, Pencipta langit dan bumi. Yang mengetahui perkara ghaib dan terang, Rabb dan Pemilik segala sesuatu, aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang benar selain Engkau, aku berlindung ke pada-Mu dari kejahatan diriku dan dari kejahatan setan beserta sekutunya, dan aku berlindung dari melakukan keburukan pada diriku sendiri atau aku timpakan kepada orang muslim yang lain.

'Bacalah pada waktu pagi, pada waktu petang, dan ketika engkau hendak tidur.

Isti'adzah, tawakal, dan ikhlas dapat menghalangi penguasaan setan terhadap diri seseorang.